Google akhirnya secara resmi meluncurkan aplikasi keyboard barunya, yaitu Gboard. Gboard merupakan hasil pengembangan dari aplikasi keyboard yang sudah ada sebelumnya, yaitu Google Keyboard. Ya, Gboard sejatinya adalah Google Keyboard yang berubah nama dan dengan integrasi langsung dengan fitur-fitur Google.
Google Keyboard akan menerima pembaruan secara otomatis di Google Play Store kalau sudah ter-install sebelumnya. Jadi, bagi pengguna yang belum sempat dan mau mencoba aplikasi keyboard dari Google ini silakan buka Play Store dan perbarui Google Keyboard Anda.
Gboard has everything you love about Google Keyboard—speed and reliability, Glide Typing, voice typing, and more—plus Google Search built in. No more app switching; just search and share, right from your keyboard.
Gboard also has emoji search to help you find emojis faster, plus GIF search, and multilingual typing to let you switch languages on the fly.
Sebelumnya Gboard sudah lebih dulu tersedia untuk iOS dan terbatas untuk pengguna di negara tertentu saja, misalnya US/Amerika Serikat, tetapi kini Gboard sudah tersedia pula versi Android-nya dan tersedia secara global.
Antarmuka
Dari sisi tampilan, Gboard tidak jauh berbeda dengan Google Keyboard, bahkan sekilas tidak ada perbedaan sama sekali. Apa yang biasa Anda temukan di Google Keyboard juga bisa Anda temukan di Gboard ini. Perbedaan baru Anda temukan ketika menggunakannya secara langsung untuk mengetik. Dan oh ya, ada sebuah tombol bulat yang terletak di pojok kiri atas keyboard yang merupakan akses cepat ke Google Search, fitur utama yang jadi andalan Gboard ini.
Google Search terintegrasi
Hal utama yang menjadi perhatian pada Gboard ini sejak pertama kali diperkenalkan adalah fitur Google Search yang bisa diakses dengan mudah dari keyboard ini. Gboard pada dasarnya adalah Google Keyboard yang dilengkapi dengan fitur Google Now.
Tombol bulat kecil berlogo Google di pojok kiri atas ini menjadi fitur cerdas dari Google Keyboard -memungkinkan pengguna melakukan pencarian langsung dari keyboard tanpa harus meninggalkan aplikasi yang sedang terbuka. Dengan begitu pengguna bisa langsung membagikan atau menempelkan hasil pencariannya ke dalam aplikasi yang sedang terbuka saat itu.
Sebagai contoh, ketika saya ingin membagikan sebuah lagu favorit saya di Spotify ke teman saya, saya tidak perlu lagi membuka Spotify, mencari judulnya dan mencari tombol share untuk membagikannya ke teman saya. Dengan adanya fitur Google Search yang terintegrasi saya hanya perlu men-tap tombol “G” di keyboard dan mengetik “spotify” lalu judul lagunya, dan langsung bisa dibagikan ke siapa saja, di mana saja.
Di Android, pengguna bisa memanfaatkan tombol “G” ini sebagai akses ke menu keyboard theme, One-handed mode, keyboard settings dan fitur-fitur lain yang ada di toolbar Gboard.
Pencarian Emoji dan GIF
Sebagai pelengkap yang cukup menarik walaupun jarang terpakai oleh saya sendiri adalah adanya fitur pencarian Emoji dan GIF yang terintegrasi langsung. Anda bisa mencari Emoji sesuai dengan kata kunci yang Anda masukkan misalnya “marah” atau “angry” tanpa perlu lagi melakukan scrolling ke jauh ke samping.
Untuk fitur pencarian GIF, tampaknya fitur ini masih belum maksimal karena menurut pengalaman setelah menggunakan beberapa hari fitur ini masih sangat terbatas untuk beberapa jenis aplikasi saja, dan menjadi nonaktif ketika Gboard dijalankan pada aplikasi yang belum mendukung GIF.
Fitur prediksi dan sugesti teks
Pada saat menggunakan Gboard ini saya terpakasa masih harus berpindah ke SwiftKey beberapa kali karena ternyata kolom sugesti (prediction/auto-complete bar) di Gboard tidak muncul pada kotak pencarian di Google, Play Store, Spotify dan lainnya. Dan itu cukup menggangu saya yang sudah terbiasa dengan SwiftKey. Untuk aplikasi media sosial atau chatting tidak ada masalah, kolom sugestinya langsung muncul. Tapi di kolom pencarian Google Search misalnya, sayangnya tidak, dengan alasan yang saya tidak tahu pastinya.
Untuk fitur prediksi dan sugestinya sendiri saya akui kalau Gboard ini cukup akurat. Lumayan bisa diandalkan dan bisa dibandingkan langsung dengan keakuratan SwiftKey di Android saya yang notabene sudah lebih duluan “diajari” alias learned words-nya lebih lengkap dibanding Gboard. Untuk SwiftKey saya menghubungkan akun Evernote, Facebook, Gmail, SMS dan Twitter untuk personalisasi prediksi dan sugesti. Padahal kalau dipikir-pikir fitur prediksi dan sugesti dari SwiftKey ini harusnya lebih superior dibanding Gboard yang mungkin hanya “mengenali” saya hanya dari aktifitas saya yang terekam Google. Tapi ternyata prediksi dan sugesti Gboard tidaklah mengecewakan.
Meskipun begitu tetap saja masih ada beberapa yang hit dan miss. Di beberapa kesempatan Gboard bisa dengan baik mengenali konteks pada teks yang ditandai dengan munculnya sugesti kata-kata yang cukup akurat, tapi tidak jarang pula hasil prediksi atau sugestinya masih butuh tambahan beberapa huruf untuk bisa menghasilkan prediksi yang lebih tepat.
Secara keseluruhan fitur prediksi dan sugesti dari SwiftKey masih lebih baik, tetapi tidak begitu besar perbedaannya. Saya pikir ini wajar karena Gboard masih perlu belajar mengenali kebiasaan penggunanya sedangkan saya sendiri belum terlalu lama menggunakan Gboard (saya tidak pakai Google Keyboard sebelumnya). Yang pasti semakin sering menggunakan Gboard maka hasil prediksi dan sugestinya akan semakin akurat.
Prediksi dan sugesti multi-bahasa secara otomatis
Sebagai orang yang sering berkomunikasi (tulisan) dalam dua bahasa yaitu Indonesia dan Inggris, ini adalah fitur yang paling saya tunggu-tunggu dan sangat saya harapkan untuk tersedia di setiap aplikasi keyboard yang ada.
Saya termasuk orang yang kadang-kadang menulis satu kalimat atau lebih menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia sekaligus. Makanya fitur prediksi dan sugesti multi-bahasa ini sangat amat membantu saya terutama pada aktifitas saya di media sosial dan chatting dengan teman.
Salah satu alasan mengapa SwiftKey menjadi keyboard favorit saya adalah karena adanya fitur ini. Pengguna yang sering menulis dalam dua bahasa atau lebih sangat terbantu karena pengguna tidak perlu repot-repot men-tap switch-key secara manual untuk berpindah dari satu bahasa ke bahasa lainnya. Tombol switch is so last year 😛
Dengan adanya fitur prediksi/sugesti multi-bahasa ini setiap kata yang muncul di kolom prediksi merupakan hasil prediksi dari kata-kata yang sebelumnya diketik oleh pengguna. Biasanya dua kata pertama akan menghasilkan prediksi/sugesti yang bahasanya sama dengan kata-kata sebelumnya.
Pada saat me-review Gboard ini saya cukup puas dengan hasil yang diberikan dan tidak menemukan kendala sama sekali (terima kasih pada machine learning-nya Google). Prediksi dan sugesti dalam bahasa Indonesia dan Inggris sama baiknya. Dan yang menarik adalah Gboard juga bisa memberikan dua kata prediksi/sugesti sekaligus.
Fitur lainnya
Selain fitur-fitur yang sudah saya jelaskan di atas, ada beberapa lagi yang layak mendapat perhatian.
Number row. Kolom khusus untuk angka. Akhirnya!
Glide Typing. Ini adalah versi Google untuk swipe typing atau gesture typing. Pengguna dapat mengetik lebih cepat hanya dengan menyapukan jari dari satu huruf ke huruf lainnya dan biarkan Google melengkapi atau bahkan mengoreksinya.
Gesture cursor control. Ini salah satu fitur favorit saya di Gboard. Dengan ini, saya bisa menjadikan tombol spasi sebagai touchpad untuk menggeser kursor dari satu huruf ke huruf lainnya.
Gesture delete. Dengan fitur ini pengguna bisa menghapus sebuah atau beberapa kata sekaligus hanya dengan men-tap tombol hapus/backspace dan menggeser jari ke kiri. Kata yang akan dihapus ditandai dengan warna khusus dan jumlahnya sesuai dengan jauhnya pergeseran jari ke kiri. Semakin ke kiri jari digeser maka semakin banyak kata yang akan dihapus.
Menarik! Silakan dicoba sendiri.
Kesimpulan dan pendapat pribadi
Respon
Selama menggunakan Gboard saya merasa kalau keyboard ini sangat cepat, alias responsif. Jarang lag. Saya rasa ini adalah salah satu sisi positif dari desain Google Keyboard/Gboard yang cukup minimalis, dengan tema standar, alias tanpa tambahan tema yang bermacam-macam.
Search history
Fitur Google Search langsung dari keyboard jelas sangat membantu, namun sayangnya satu hal yang cukup menggangu bagi saya adalah adanya search history yang muncul setiap kali tombol “G” di-tap, dan itu tidak bisa dihapus atau dinonaktifkan! What the hell!? Meskipun hanya tiga baris saja, tapi saya sangat tidak nyaman dengan riwayat pencarian yang muncul. Menggangu privasi. Saya tahu itu adalah bagian dari usaha untuk meningkatkan search predictions tapi saya tetap berharap kalau ada cara untuk menonaktifkannya.
Tombol “G”, it’s a joke
Soal tombol “G” ini, jangan heran kalau setelah beberapa waktu pemakaian Anda jadi jarang menggunakannya lagi. Lama-kelamaan tombol ini, maksud saya, tombol Search ini menjadi semakin kurang berguna. Alasannya adalah karena hasil pencarian dari tombol ini akan menampilkan snippets dari Google Search yang memang kelihatannya “rich“, alias konten/datanya terlihat lengkap karena memang hasil pencariannya masih ditampilkan dalam Google Search. Tapi begitu di-share ke aplikasi yang berjalan… hasilnya adalah link biasa saja. Masih bagus kalau cuma alamat web biasa, tapi kalau hasil pencarian gambar atau mungkin alamat peta, pengguna jadi susah membacanya.
Saya merasa kalau hasil pencarian dari Gboard jauh lebih maksimal kalau digunakan langsung dengan aplikasi buatan Google sendiri yang memang sudah dirancang untuk bisa membaca data/alamat tersebut. Misalnya saja, Allo, aplikasi chat dari Google yang dilengkapi dengan Google Assistant.
Tidak muncul di semua kolom, terutama kotak pencarian
Saya masih berusaha menyesuaikan diri dengan kolom sugesti yang ternyata tidak muncul di kotak pencarian Google di home screen. Cukup menggangu, karena Search adalah salah satu fitur yang paling sering saya akses langsung dari Home screen.
Tidak begitu mengenali kata
Gboard tidak dapat mengenali atau tidak dapat memberikan sugesti untuk kata yang terhubung (tanpa spasi) dengan kata di depannya. Sebagai contoh, misalnya saya mengetik “kamu anak yang baik hati” tetapi kemudian ingin menghapus kata “yang”. Lalu misalnya saya menghapus kata “yang” berikut spasinya, maka hasilnya adalah “kamu anakbaik hati”. Pada saat kursor berada di antara “k” dan “b”, seharusnya Gboard tetap memberikan sugesti untuk “anak” (mengabaikan kata “baik”-nya) lalu menyisipkan spasi secara otomatis di antara “anak” dan “baik”, karena “anak” adalah kata yang sudah lengkap. Setidaknya itulah yang saya temukan di SwiftKey.
Layout emoji
Saya tidak suka dengan layout emoji di Google Keyboard/Gboard ini yang harus diakses secara horizontal alias ke samping. Emoji yang ditampilkan dalam satu waktu terhitung lebih sedikit kalau horizontal dibanding vertikal. Walaupun membantu, tapi saya pikir menemukan sebuah emoji dengan mengetiknya terlebih dahulu di tombol “G” lebih merepotkan.
Tidak menyisipkan spasi
Saya sudah terbiasa dan sangat terbantu dengan SwiftKey yang bisa menyisipkan spasi setelah tanda baca titik atau koma. Di Gboard saya masih harus mengetiknya secara manual.
Masih cukup mini
Saya masih merasa kalau ukuran paling tinggi (tall) dari Gboard belum cukup tinggi/besar bagi saya pribadi (saya pakai layar 5 inci, by the way).
So far so good -lah. Walau SwiftKey masih sangat sulit saya tinggalkan, tapi saya akan berusaha memberi kesempatan pada Gboard biar fitur personalisasinya lebih ditingkatkan lagi.